Oleh: Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Pendiri Media Online warta-gereja.com & Ketua Umum PWGI

Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan atau bisa disebut dengan ormas merupakan organisasi yang didirikan oleh masyarakat untuk berperan aktif dalam mendorong perwujudan cita-cita dan tujuan bangsa. Adanya keberadaan organisasi kemasyarakatan muncul seiring dengan timbulnya organisasi masyarakat sipil (civil society).

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Definisi dari organisasi kemasyarakatan (Ormas) disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1 UU Ormas: Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Ormas sebagaimana telah diubah dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 82/PUU-XI/2013 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dijelaskan bahwa ormas bertujuan untuk:

  • meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;
  • memberikan pelayanan kepada masyarakat;
  • menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME;
  • melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup dalam masyarakat;
  • mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat;
  • menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
  • mewujudkan tujuan negara.

Berdasarkan pada Pasal 6 Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dijelaskan bahwa ormas bertujuan untuk:

  • penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan organisasi;
  • pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi;
  • penyalur aspirasi masyarakat;
  • pemberdayaan masyarakat;
  • pemenuhan pelayanan sosial;
  • partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
  • pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Organisasi Kemasyarakatan (ormas) di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:

  • Organisasi Kemasyarakatan Agama
  • Organisasi Kemasyarakatan Adat dan Budaya
  • Organisasi Kemasyarakatan Nasional

Akar sejarah organisasi masyarakat di Indonesia, bisa dirunut semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial, terutama ketika kapitalisme merkantilis mulai diperkenalkan oleh Belanda. Hal tersebut mendorong terjadinya pembentukan sosial melalui proses industrialisasi, urbanisasi dan pendidikan modern. Oleh karena itu, timbul kesadaran kalangan kaum elit pribumi yang kemudian mendorong terbentuknya organisasi-organisasi sosial modern di awal abad ke­20. Kejadian ini menandai mulai bersemainya organisasi masyarakat atau civil society di Indonesia.

Pasca kemerdekaan (tahun 1950-an), pertumbuhan civil society di Indonesia mengalami kemajuan. Pada saat itu, organisasi-organisasi sosial dan politik dibiarkan tumbuh bebas dan memperoleh dukungan kuat dari warga masyarakat yang baru saja merdeka. Selain itu, Indonesia yang baru lahir belum memiliki kecenderungan intervensionis, sebab kelompok elit penguasa berusaha keras untuk mempraktikkan sistem demokrasi parlementer. Namun setelah itu, civil society tersebut segera mengalami penyurutan terus menerus. Bahkan akibat dari krisis-krisis politik pada level negara ditambah dengan kebangkrutan ekonomi dalam skala masif, distorsi­distorsi dalam masyarakat pun meruyak. Akibatnya hal ini menghalangi kelanjutan perkembangan civil society.

Kondisi civil society demikian mencapai titik yang paling parah di bawah rezim Sukarno di mana dominasi penggunaan mobilisasi massa sebagai alat legitimasi politik dan menguatnya kecenderungan ideologisasi politik yang mempertajam polarisasi politik sehingga kohesi sosial menjadi rapuh. Pada masa Orde Baru, terjadilah perubahan-perubahan civil society di Indonesia, akselerasi pembangunan lewat industrialisasi telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi dan struktur sosial masyarakat Indonesia yang ditandai dengan tergesernya pola-pola kehidupan masyarakat agraris.

Pada wilayah politik, Orde Baru melanjutkan upaya sebelumnya untuk memperkuat posisi negara di segala bidang. Ini berakibat pada merosotnya kemandirian dan partisipasi politik masyarakat. Penetrasi negara yang kuat dan jauh, terutama lewat jaringan birokrasi dan aparat keamanan, telah mengakibatkan semakin menyempitnya ruang-ruang bebas yang dulu pernah ada.

Era modern ini, Organisasi Kemasyarakatan (ormas) telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat sehingga peraturan-peraturan pun dibuat untuk mengatur dan mengawal gerak ormas, aturan yang makin ketat dan spesifik diharapkan dapat mengawal kegiatan dan program ormas berjalan sesuai aturan. Dengan begitu, esensi ormas dapat tercapai yakni untuk mendorong dan membantu percepatan pembangunan bangsa dan negara.

Hampir di seluruh wilayah Indonesia, ormas sangat berkembang dan bertumbuh secara kuantitas maupun kualitas.

Sementara itu untuk sifat kegiatan, ormas tentunya harus dibedakan dengan organisasi lainnya yang tujuannya memang memperoleh keuntungan, seperti CV, PT, dan sebagainya. Dalam melaksanakan kegiatannya ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba dan demokratis.

Organisasi Kemasyarakatan Warta Gereja

https://pwgi.org

Organisasi Kemasyarakatan Warta Gereja Indonesia ini  kami beri nama Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia atau disingkat PWGI yang merupakan Perkumpulan dari  Para Jurnalis/ Wartawan Kristen yang ingin memiliki wadah dalam mengaktualisasikan kebebasan berserikat dan berkumpul seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 27 dengan tujuan :

  • meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat Kristen di Indonesia;
  • memberikan pelayanan kepada masyarakat Kristen untuk pemenuhan informasi yang sehat;
  • menjaga nilai agama Kristen dalam era digital;
  • melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup dalam masyarakat;
  • mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat;
  • menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
  • mewujudkan tujuan negara.

Sebagai bagian dari Rumah Besar kegiatan Oikumene yang menghargai kepelbagaian dalam kekristenan, Perkumpulan Wartawan Warta Gereja berpartisipasi mewujudkan persatuan dalam perbedaan secara lebih spesifik dalam bidang pemberitaan atau mengambil fungsi peran sebagai Pewarta Kristen untuk mengejawantahkan fungsi Tritugas Gereja dalam bidang MARTURIA.

Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia atau disingkat PWGI berifat terbuka dalam hubungan lintas denominasi. Semua denominasi gereja yang ingin menjadi Pewarta Kristen dapat bergabung untuk mengembangkan fungsi Marturia secara sinergis dalam wadah perkumpulan ini.

Tujuan utama Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia atau disingkat PWGI adalah “Membangun Kerajaan Allah Dengan Jurnalisme di Era Digital”. Karena disadari bahwa Misiologi Gereja di Era Digital sekarang ini perlu diterjemahkan sesuai dengan konteksnya.

Dalam Konteks Era Milenial dan Peradaban Digital, Gereja harus dapat terus berkarya menghadirkan Tanda Tanda Kerajaan Allah sebagai wujud ucapan syukur atas Sola Gratia (Anugerah Keselamatan) yang telah diberikan secara Cuma Cuma oleh Kristus Sang Penebus.

 Apa itu peradaban digital?

Peradaban digital adalah istilah lain dari era digital. Era digital dimulai dari penemuan media digital komputer, lalu handphone, dan kini internet.

Peradaban digital (digital civilisation) merujuk pada transformasi masyarakat dan budaya yang terjadi sebagai hasil dari penggunaan teknologi digital yang semakin meluas dalam berbagai aspek kehidupan. Ini mencakup perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, internet, komputasi, dan berbagai inovasi digital lainnya yang telah membentuk cara kita bekerja, belajar, berinteraksi, dan hidup sehari-hari.

Ciri Peradaban Digital

Berikut ini beberapa ciri utama peradaban digital yang saya rangkum dari berbagai sumber.

1. Akses terhadap Informasi

Teknologi digital memberikan akses yang lebih cepat dan mudah terhadap berbagai informasi melalui internet. Informasi kini dapat diakses hampir di mana saja dan kapan saja. Lebih dari itu: gratis!

Hanya bermodalkan komputer atau smartphone, kita dengan mudah mengakses beragam informasi aktual layaknya baca koran di era media cetak. Sumber informasi kini bahkan tidak hanya media massa, tapi juga media sosial tempat pengguna internet atau warga berperadaban digital berbagai informasi, pemikiran, opini, bahkan perasaan.

2. Komunikasi Global

Internet memungkinkan komunikasi instan dan global antara individu di berbagai belahan dunia. Media sosial, email, dan aplikasi perpesanan sepert WhatsApp (WA) menghubungkan orang secara langsung, tanpa terkendala oleh batas geografis.

Sebutan desa global (global village) kini kita alami.  “Saling ketergantungan elektronik yang baru menciptakan kembali dunia dalam gambaran desa global,” kata Marshall McLuhan, The Gutenberg Galaxy (1962).

Istilah “desa global” telah digunakan untuk mengungkapkan gagasan bahwa orang-orang di seluruh dunia saling terhubung melalui penggunaan teknologi media baru. Istilah ini diciptakan pada awal tahun 1960-an oleh ahli teori media Kanada, Marshall McLuhan, yang menulis tentang teknologi terbaru pada zamannya, seperti radio dan televisi.

Saat ini, website sering dilihat sebagai media yang paling dekat menghubungkan orang-orang di seluruh dunia, memungkinkan siapa pun yang memiliki koneksi Internet mengetahui apa yang sedang terjadi di seluruh dunia hanya dengan mengklik mouse — dan untuk berkomunikasi dengan individu dan kelompok orang-orang di tempat yang jauh.

McLuhan percaya bahwa media baru telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap dunia secara signifikan, namun ia tidak yakin apakah “desa global” yang baru akan berdampak positif atau negatif bagi masyarakat.

3. Digitalisasi Bisnis

Banyak aspek bisnis telah beralih ke ranah digital. Proses bisnis, pemasaran, dan layanan pelanggan semakin mengandalkan teknologi digital, dan platform e-commerce menjadi populer.

4. Inovasi Teknologi

Peradaban digital ditandai oleh percepatan inovasi teknologi. Kecepatan perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak memungkinkan munculnya teknologi baru secara terus-menerus.

5. Pendidikan Digital

Pendidikan secara online dan sumber daya pendidikan digital semakin menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. E-learning, kursus online, dan sumber daya belajar digital memberikan akses pendidikan lebih luas.

6. Kemajuan Medis dan Kesehatan Digital

Teknologi digital juga telah memainkan peran besar dalam kemajuan di bidang kesehatan. Dari rekam medis elektronik hingga telemedicine, teknologi mendukung layanan kesehatan modern.

7. Ekonomi Digital

Munculnya ekonomi digital menciptakan peluang baru untuk bisnis dan pekerjaan. Model bisnis baru, seperti platform berbagi ekonomi, crowdfunding, dan cryptocurrency, menjadi tren penting.

Peradaban digital menciptakan peluang dan tantangan baru, termasuk isu privasi, keamanan siber, dan kesenjangan digital. Sementara teknologi digital membawa manfaat besar, penting untuk memahami dan mengelola dampaknya untuk menciptakan masyarakat yang berkelanjutan dan inklusif.

Skill Digital

Untuk beradaptasi dengan peradaban digital kita memerlukan skill digital, mulai cara menggunakan media digital seperti komputer dan handphone hingga menjadi content creator.

Menurut UNESCO, keterampilan digital adalah berbagai kemampuan untuk menggunakan perangkat digital, aplikasi komunikasi, dan jaringan untuk mengakses dan mengelola informasi.

Skill digital memungkinkan orang untuk membuat dan berbagi konten digital, berkomunikasi dan berkolaborasi, dan memecahkan masalah.

Keterampilan digital tingkat pemula, yang berarti keterampilan fungsional dasar yang diperlukan untuk menggunakan perangkat digital dan aplikasi online, secara luas dianggap sebagai komponen penting dari serangkaian keterampilan literasi baru di era digital, dengan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung tradisional.

Pada spektrum lanjutan dari keterampilan digital adalah kemampuan tingkat yang lebih tinggi yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan teknologi digital dalam pemberdayaan dan cara-cara transformatif, seperti profesi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK.

https://warta-gereja.com

LALU DIMANA POSISI GEREJA DI PERADABAN DIGITAL ?

Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia berdiri sebagai MITRA Jemaat, mendampingi Jemaat untuk menjadi MEDIA (Perantara/ Jembatan) transformasi Peradaban Jemaat Analog menuju Peradaban Jemaat Digital.

Perlu disadari, bahwa rimba raya informasi di dunia internet (digital) masih gelap gulita, diperlukan TERANG yang dapat menjadi Obor bagi Jemaat memasuki Peradaban Digital ini, untuk proses pendampingan transformasi inilah Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia hadir menjadi Laskar Kristus, menjadi Martir dalam fungsi Marturia.

Meskipun sangatlah kecil peran yang dapat kami ambil untuk Membangun Kerajaan Allah DI Era Digital ini, namun kami berbesar hati melaksanakan salah satu Tri Tugas Panggilan Gereja Yaitu BERSAKSI (MARTURIA). (Red.***)